Monday 29 December 2014

Berkunjung ke Rumah Kawan, Mengeratkan Silaturahmi



Berkunjung ke rumah teman adalah sesuatu yang mengasyikkan. Aku selalu menyukainya. Karena mengenal keluarga dan lingkungannya membuatku merasa lebih dekat dan berempati.
Yang dapat kesempatan ku kunjungi baru-baru ini adalah Lamongan dengan segala isinya. Tepatnya ke rumah Arin, Ika, Zuhdan, Erna, Indri, Junaydi. Berangkat 23 Desember, balik ke Surabaya lagi hari esoknya. Cuma semalam nginep di rumah nenek Lutfi.
Perjalanan ini dimulai dari percakapan isengku dengan Lutfi. Singkat cerita, kami sepakat keliling lamongan ke rumah temen-temen. Tanpa mampir ke tempat wisata karena alasan klasik, budget. Haha, derita mahasiswa kere.
Rabu, 24 Desember 2014
Kami janjian kumpul jam 6:45 di depan parkiran. Rencananya jam 7:15 mulai berangkat. Eh “njeketek” baru lengkap ngumpul jam 8. Setelah beberapa persiapan, kami berangkat hampir pukul 9. Pemimpin perjalanan adalah Lutfi, melalui jalan raya ITS arah utara, menuju mulyorejo, sutorejo, kenjeran, terus ke barat menuju kalianak. Sasaran pertama kami adalah UMG, Universitas Muhammadiah Gresik di dekat GKB, gresik Kota Baru. Disana Lutfi menyelesaIkan hajatnya (baca:publIkasi) ditemani Canpus, adik angkatan kami.
Oiya, perjalanan kami ini ada Gilang, Ayub, Naquib, Lutfi, Imam, dan aku, sebut saja Junto. Setelah selesai berhajat di UMG, Canpus balik lagi ke peraduannya, dan kami berenam melanjutkan perjalanan menuju barat. Yang selanjutnya kami tuju adalah rumah Arin di Paciran. Sebagai pemudah peta jalan, kami mencari jalan menuju WBL. Karena katanya rumahnya deket situ. Benar saja, dari WBL kami hanya perlu melaju ke arah barat mencari pertigaan pertama dan membelok ke kiri. Dari situ tinggal melaju mencari toko “Annisa” di kanan jalan. Rumahnya ada di sebelah toko itu. Di rumah Arin kami berenam bertambah Zuhdan yang tadi ketemu di depan WBL.
Kami sampai di rumah Arin sekitar jam 13. Saat menunggu di depan toko “Annisa”, mendadak ada gadis manis mendekat. Sekilas kupikir itu Arin.
“Teman-temannya mbak Arin ya?” tanyanya lembut.
“Iya” jawab beberapa dari kami. Sedang aku baru menyadari kalo dia hanya mirip, tapi bukan Arin. Dia adik pertamanya Arin, entah siapa namanya karena tak kuat hati menanyakannya. Ntar dikira gak ada apa-apa hahaha.
Sekitar 14:30 kami berpamitan dan bersiap ke rumah Ika di Babat. Tepatnya di dusun Bulugondang, desa Bulumargi. Peta jalannya, sebelum stasiun Babat atau sebelum pasar Gembong masuk ke gang ke arah selatan. Dari situ jalan sudah cukup kompleks jadi kusarankan berhenti disitu dan minta Ika jemput. Haha.
Sampai di rumah Ika sekitar 16:30. Kampungnya masih asri dan kental suasana guyup rukun islami. Rumahnya di dekat sebuah mushola. Kami sholat maghrib disitu. Jam 18:30an kami pamitan pulang. Di perjalanan menuju pasar Gembong, jalan sangat sepi dan gelap, sedikit membuat temen-temen parno. Sedang aku terbiasa dengan suasana trenggalekku yang jalannya jauh lebih sulit. Sampai di pasar Gembong, Ayub ikut Zuhdan menginap di rumah Zuhdan. Sisanya menuju pos istirahat kami di daerah Sekaran, rumah nenek Lutfi. Disana kami menghabiskan malam dan menjamu pagi dengan bermain kartu. Sekitar jam 2 kami baru mulai berusaha memejamkan mata memancing tidur.
Kamis, 24 Desember 2014
Kami meninggalkan rumah nenek Lutfi sekitar pukul 9. Tujuan kami selanjutnya adalah rumah Zuhdan, di Babat. Peta jalannya, dari pasar Gembong ke arah Bojonegoro. Saat sampai di kolong jembatan, belok kiri masuk jalan Tambangan nomer 7. Itulah rumahnya. Kami baru sampai di rumah Zuhdan pukul 11:30an. Itu karena diperjalanan motor gilang sempta bermasalah sehingga kami harus mencari tempat dulu untuk membenarkan. Dan ternyata Ayub sudah pulang ke Blora jam 7 pagi tadi.
Sekitar jam 13 kami berpamitan sekaligus mengajak Zuhdan ke rumah Erna, masih di Babat juga. Tepatnya di Kebalandono Timur. Peta jalannya, dari pasar Gembong ke arah timur. Setelah SDN Kebalandono masuk ganag ke utara bertuliskan Kebalandono Timur. Setelah masuk gang, rumah Erna adalah rumah kedua kiri jalan setelah perempatan kedua. Disana sudah ada Ika yang menunggu kami.
Setelah jam 14:30 kami berpamitan sekaligus mengajak Erna dan Ika ke rumah Indri. Peta jalan ke rumah Indri adalah melewati jalan di timurnya UNISDA (Universitas Islam Darul Ulum Lamongan) ke arah selatan. Setelah mentok ketemu pertigaan, ambil arah kanan ke Sugio. Dari situ disarankan hubungi Indri karena jalannya cukup susah untuk dijelaskan. Haha. Singkat kata kami sampai di rumah indri setelah lebih dari jam 15.
Mendekati jam 17 kami berpamitan. Tujuan selanjutnya adalah rumah Junaydi di Glagah. Ika, Zuhdan, dan Erna berpulang ke rumah masing-masing. Indri tetap di rumahnya. Tinggal Lutfi, Naquib, Imam, Gilang, dan aku menuju rumah Juna. Peta jalan ke rumah Juna adalah, dari pertigaan Deket kearah utara sekitar 7km. Selanjutnya kearah timur 5km. Dari situ silakan hubungi Junaydi untuk menjemput karena sekali lagi aku tidakbosa menggambarkan peta jalannya. Jalanan di lamongan susah untuk diimpretasikan dalam kata-kata akrena terlalu banyak cabang dan tidak ada hal yang dapat aku jadikan patokan. Sampai di rumah Juna sekitar 18:30. Dan kami berpamitan sekitar 19:30.
Pulang dari rumah Juna, sepertinya kami melalui jalan yang kurang tepat jalurnya gelap, sepi, dan jarang ada kampung. Mana kecil lagi jalannya. Tapi alhamdulillah sampai juga di Surabaya sekitar 21:45.
Hasil dari kunjunganku ke Lamongan, aku jadi tahu:
·         Arin adalah anak kedua dari 5 bersaudara. Adik bunsunya aja yang cowok. Lainnya cewek semua. Dan, “Annisa” yang tadi nama toko ibunya adalah nama kakaknya Arin. Yang menerima kami diawal adalah adiknya arin yang pertama.
·         Ika adalah 3 bersaudara. Adiknya bernama Bara (SMP) dan Bari (SD). Mereka punya kucing lucu kecil diberinama Bere.
·         Zuhdan adalah 4 bersaudara. Dia punya 3 adik cewek.
·         Erna adalah anak tunggal. Dan, ternyata dia baru saja selesai dirawat karena menderita infeksi usus. Kami baru tahu setelah kami sampai rumahnya.
·         Indri punya adik kelas 3 SD. Namanya Putra. Kami tahu dari lukisan karya adiknya yang dipajang di ruang tamu.
·         Junaydi punya adik cowok, masih SMP. Aku lupa namanya siapa.
Terimakasih Lamongan telah menerima kunjungan kami. Maaf atas salah atau apa yang telah kami lakukan sengaja ataupun tidak. Sekali lagi terimakasih.
Buat temen-temen, kota dan rumahmu kah selanjutnya?? :D

Thursday 27 November 2014

Persahabatan



Persahabatan itu memang harus saling kenal. Tak sekedar kenal, tapi mendalam dari hati. Karena sahabat harus selalu ada di hati. Tak perduli berapa jauh jaraknya, ketika memang sahabat, maka jarak bukanlah halangan. Karena persahabatan tak pernah lekang oleh waktu, apalagi jarak. (/SM GL10)


Penguat dari persahabatan adalah rasa solidaritas yang tinggi antar anggotanya. Bagaimanapun kondisinya, mereka akan terus berbagi dan saling tolong. Semoga kita menemuakan arti persahabatan yang sebenarnya. Selalu bergandeng untuk meraih mimpi bersama. (/SM GL10)

Saturday 12 July 2014

Pemuda dengan Ayahnya

            Alkisah, ada seorang pemuda yang bertengkar dengan ayahnya. Si Pemuda begitu marah, sehingga kabur dari rumah. Suatu hari, pemuda itu kehabisan bekal. Ketika melewati warung, pemilik warung berbaik hati memberi makanan pada pemuda tersebut. Pemuda itu begitu gembira dan sangat berterimakasih pada pemilik warung. Beberapa saat kemudian, pemuda itu bercerita pada pemilik warung tentang kemarahannya pada Ayahnya. Selesai mendengar cerita pemuda itu, pemilik warung berkata: “Anak muda, engkau baru sekali kuberi makanan dan engkau begitu senang bergembira. Sedangkan ayahmu telah memberimu makan, pakaian, dan memenuhi segala kebutuhanmu selama ini. Dan kini engkau begitu marah padanya. Pulanglah Nak, temui Ayahmu”
Ilustrasi
            Pemuda tersebut bergegas menghabiskan makanannya dan pamitan pulang menemui Ayahnya. Sesampainya di rumah, pemuda tersebut memeluk kaki sang Ayah sambil meminta maaf atas apa yang dilakukannya. Sang Ayah mengangkat bahu anaknya dan memeluknya dalam haru.

            Pembaca, cuplikan kisah diatas kutulis dari  program “Renungan Sejenak” asuhan kang Arman Maulana yang tayang di NET TV selama ramadhan menjelang adzan maghrib. Dari kisah tersebut, “sentilan” yang kudapat adalah bagaimana aku sering lupa kebaikan kedua orangtuaku sehingga aku terkadang tega mempunyai rasa marah. Astaghfirullahah’adziim.. Padahal mereka sudah berbaik hati padaku dan merawatku dengan penuh kasih sayang. Dari aku yang mungil tak bisa apa-apa sampai aku tumbuh dewasa dan bisa berfikir, malah terkadang lupa memikirkan perasaan orang tua atas kelakuanku. Ini tidak akan terjadi lagi. Insya Allah.
            Apa hikmah yang kamu tangkap??


Wednesday 1 January 2014

Dibalik Semarak Tahun Baru


Saat kubuka mata, tak ada perubahan apa pun. Putih kusamnya cat plafon, tembok penuh tempelan foto yang kurang rapi, dan teman sekamar yang masih molor terbalut mimpi. Tepat sama dengan pagi terakhir di tahun yang sebelumnya. Kemudian aku keluar mengangkat kedua tangan dan menghirup tegas udara pagi pertama tahun ini. Masih dengan dingin yang sama, segar yang seperti tahun lalu, dan sepi seperti biasanya.
Pesta Kembang Api pada Perayaan Tahun Baru
Aku belum menemukan perbedaan yang berarti. Hanya saja dering hp nada sms masuk lebih sering terdengar, tak seperti pagi sebelumnya. Banyak jenis ucapan selamat menyongsong tahun baru dan yang senada terkirim ke hpku. Tapi kemudian aku berfikir, ketika aku belum menemukan perbedaan apapun, kenapa pergantian tahun harus disemarakkan dengan sebegitu rupa? Apakah mereka punya pembuktian kelebihbaikan masa depan mereka? “setidaknya kita punya harapan akan tahun depan yang lebih baik”, seorang teman menimpaliku dengan argumennya tepat saat aku menulis ini. “Bukankah harapan sekedar harapan? Belum ada pembuktian apa pun untuk saat ini. Kenapa perayaannya begitu meriah?” balasku. Dia tersenyum dan pergi. ???.